Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

Aruk: Jujur, apakah salah?

"Salahkah menjadi polos atau jujur?". Hal itu menjadi semacam gugutan yang dilontarkan oleh tokoh Aruk dalam lakon "Aruk Gugat" karya Iswadi Pratama pada pentas teater yang digelar Teater Satu Lampung, Jum'at (12-3). Dalam lakon "Aruk Gugat" tersebut tergambar dengan gamblang, menjadi "orang polos" pada zaman sekarang ini cenderung tidak mendapatkan tempat, terlebih dalam kehidupan publik. Dan, sore itu, Aruk Gugat menampilkan sebuah sajian teater yang segar, bernas sekaligus reflektif. Naskah Aruk Gugat --diangkat dari cerita rakyat Lampung dan baru pertama kali dimainkan secara utuh di Lampung tersebut, menceritakan tentang seorang anak bernama Aruk, dimainkan dengan sangat baik oleh Sugianto. Aruk adalah anak yang agak pandir atau polos tetapi baik hati, dimana ia harus menanggung ambisi ayahnya, untuk meneruskan kejayaan silsilah bangsawan yang mengalir di darahnya. Cerita kemudian berkembang dengan berbagai kesialan yang menimpa Aruk p...

Mayday dan Kesejahteraan Buruh

Mayday adalah Hari Buruh Sedunia. Namun, apakah kesejahteraan buruh sudah terpenuhi? Apakah Mayday hanya sebagai seremoni? Sebuah truk terbuka berukuran sedang berwarna biru dengan tulisan yang mencolok dibagian belakangnya membelah kemacetan di JL. Soekarno--Hatta yang bermuara di lampu merah Kalibalok pagi itu, Selasa (27-4). Matahari baru saja menyembul di ufuk timur. Namun, udara pagi yang seharusnya bersih dan segar tidak terasa di Jalan Lintas Sumatera tersebut. Debu-debu beterbangan disela truk-truk beragam ukuran yang memadati jalan itu. Di bak terbuka truk itu, terlihat 3--5 orang berdiri berpegangan pada sisi bak. Seorang pria separuh baya tampak asyik menghisap rokoknya dalam-dalam sambil memegangi topi pancingnya yang hampir terbang terbawa angin. Truk itu kemudian berhenti di depan Hotel Nusantara. Orang-orang yang berdiri di bak truk itu lalu melompat turun, kemudian bergabung dengan orang-orang yang sedang berdiri di sisi JL. Tirtayasa. Rahmad (42) nama pria separuh baya...

Saminem Berjuang untuk Cucu dan Suaminya

"Senandung mbah mengalunkan tembang/dengan syair kesahajaan/pantang mengemis tetapkan kehalalan/dan aku mengalirkan air mata panasku/pada nyala temaram di tengah tumpukan kacang rebus/pada tiap magrib di pinggir jalan," (sajak Sebatang Lilin Mbah Kacang, ditulis oleh Kyokoque dari http://www.kyokoque.wordpress.com/ ) Seorang perempuan tua dengan resam yang bersahaja, mengenakan batik dan kain jarik, berjalan agak lambat, menyeruak diantara hiruk pikuk orang yang berjalan dan berjualan di sebuah gang sempit Lorong King, Bandar Lampung. Agak bising. Suara-suara penjual yang menawarkan dagangan dan pembeli yang tawar menawar, menjadi latar belakang aktifitas sehari-hari yang telah puluhan tahun ia jalani. Seperti tidak memperdulikan keriuhan tersebut, Saminem (85), kemudian duduk di ujung gang sempit tersebut. Setelah membenarkan kain jarik yang dikenakannya, ia lalu menata barang dagangannya dengan tangannya yang kurus dan keriput. Sebuah tampah bambu yang dialasi bakul beruk...