Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Ketika Tetabuhan Khas Lampung Membalur Musik Khas Jamaika

Irama tradisional khas Lampung memberikan warna tersendiri di skena musik dub (techno reggae) di level internasional. Dengan ke-khas-an tersebut, duo musisi dub musik asal Lampung, Roadblock Dub Collective kini bernaung di bawah label musik ternama di Eropa, Dubophonic Records (Cyprus). Rilisan terbaru duo Yulius Samiaji (Sam) dan Hidayat Surodijoyo (Iday) ini diberi judul “Suwarnadub”, sebuah album mini berisi enam lagu. Album yang dirilis pada 7 Desember 2021 kemarin ini memuat dua lagu berjudul “Ngelajau Dub” dan “Achtung! Ghetto Lioness” yang dikemas dalam tiga versi, yakni orisinal, remix dan live. Samiaji mengatakan, “Suwarnadub” diambil dari bahasa Sansekerta, Suwarnadwipa yang digunakan untuk menyebut Sumatera pada masa kerajaan dahulu. “Artinya pulau emas, nama pulau Sumatera zaman dahulu,” kata Samiaji dalam keterangan tertulis, Selasa (14/12/2021). Album ini membuat Roadblock Dub Collective bisa dikatakan Go International. Dubophonic Records sendiri telah sudah mendistribusi...

Cerita Liburan Kecil Kaum Urban: "Naik Odong-odong, Goceng Jadilah Buat Anak Senang"

Sejumlah anak-anak bermain odong-odong di pelataran parkir toko pakaian grosir di Jalan Imam Bonjol, Bandar Lampung, Minggu (18/9/2022) malam. Tarif wahana sederhana ini Rp5.000 untuk lima lagu. Suasana toko pakaian grosir di Jalan Imam Bonjol, Bandar Lampung pada Minggu (18/9/2022) malam ramai seperti biasa. Beberapa gadis muda berkerumun memilih kain hijab dan pakaian lalu mencocokkannya, diantara mereka tertawa geli saat salah mengambil pakaian ukuran anak kecil. Di pelataran parkir, riuh lagu anak-anak "Kalau Kau Suka Hati" mengalun dari pengeras suara di sela derit rel wahana kereta tarik otomatis. Odong-odong, akrab orang menyebutnya. "Kalau kau suka hati sorak hore...." "Hore!" seru anak-anak yang sedang menaiki odong-odong spontan berseru mengikuti lagu itu. Beberapa diantaranya bahkan sempat berdiri meski kemudian diperingati orangtuanya. Suasana ceria layaknya sekolah PAUD/TK tergambar di sekitar wahana sederhana kaum urban tersebut. Hanya dengan...

Film “Serdam”, Kematian Nurani dan Budaya yang Seiring Sejalan

Penulis naskah dan produser film Serdam, Iin Zakaria memberikan sambutan dalam pemutaran perdana film tersebut, Selasa (18/1/2022). Film ini mengisahkan tentang alat musik tradisional Lampung yang kini sudah punah.(KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA) Film "Serdam (The Death Whistle)" menjadi representasi bagaimana tradisi lokal perlahan "mati" di zaman milenium. Serdam (bahasa Lampung: Sekhdam) adalah alat musik tiup khas Lampung pesisir yang kini bisa dikatakan mulai punah.  Film berdurasi sekitar 1 jam ini diputar perdana pada Selasa (18/1/2022) sore, di Gedung Pentas Tertutup Dewan Kesenian Lampung (DKL) di PKOR Way Halim.  Film berbahasa Lampung ini mengambil latar di wilayah Krui (Pesisir Barat) di mana banyak pengrajin serdam berasal.  Serdam dibuka dengan perbincangan antara seorang pembuat serdam bernama Hamdan (diperankan Iswadi Pratama) dengan Pun Ibrahim (diperankan Deddy), seorang tetua adat setempat.  Pun Ibrahim meyakini, alat musik ini memiliki daya magis yang...